Pada cerita ini, aku akan menceritakan kepada kalian waktu
liburan 2 minggu yang lalu. Pengalamanku ini terjadi pada 20 Desember
2016. Jadi waktu liburan baru dapat 1 hari, aku langsung jalan-jalan,
aseek.
Liburanku ini aku lakukan dengan teman-temanku,
mereka berjumlah 5 orang, dan dengan menggunakan sepeda motor sebagai
alat transportasinya. Ada 3 motor, sehingga kami berboncengan 2 orang
setiap motornya, jadi jumlahnya 6 orang. Terlalu muluk-muluk jelasin ya,
gapapa karena kalian memang harus tahu.
Oh iya aku
hampir lupa, aku belum kasih tau kalian tujuanku kemana ya. Liburanku
ini yaitu ke Markas & Monumen Jendral Sudirman, tepatnya di Desa
Pakis Baru, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur.
Sebelum
berangkat, kami berkumpul dahulu di tempat nongkrong tepatnya di warung
salah satu teman kami. Setelah semua siap, tak lupa kami berdoa
terlebih dahulu agar di lancarkan untuk sampai tujuan oleh-Nya. Langsung
pada pukul 10 kami berangkat. Kami melewati jalan yang agak sukar, dan
sulit dilewati lah intinya. Ada jalan yang berlumpur, berbatu, naik
turun, pokoknya penuh dengan perjuanganlah. Arah lewatnya mulai dari
Taman(Rumah kami) ➡ Sukoharjo ➡ Ngrejo ➡ Pakis Baru. Kurang lebih itu
lah urutannya, masalahnya aku juga lupa urutan namanya, tapi kalo
jalannya masih ingat.
Kira-kira membutuhkan waktu 1,5
jam untuk sampai di tempat tujuan. Jadi sampai disana pukul 11.30 siang.
Sebelum sampai tepat di monumen, ada 8 gerbang yang kami lewati.
Gerbang tersebut mempunyai arti bahwa pada tahun 1948-1949 memiliki 8
Provinsi. Pada masing-masing gerbang ini tertulis kata-kata motivasi
yang pernah di ucapkan oleh Jendral Sudirman, salah satunya berbunyi
“Bersatu, berjuang bersama, jangan bertengkar “. Untuk bayar masuk ke
Monumen itu, Alhamdulillah cuma bayar seikhlasnya, jadi bisa buat jajan
lebih uangnya, hehehe.
Disana tempatnya keren banget.
Tempatnya luas, bersih, dan patung Jendral Sudirman nya, wah keren dah.
Waktu itu kami baru melihatnya disamping monumen dari sepeda motor kami
yang masih dalam keadaan menyala dan berjalan. Sebelum memutuskan masuk
ke dalam monumen, kami memutuskan untuk ke Markas Jendral Sudirman
dahulu, dengan tujuan agar tidak bolak-balik nantinya, karena arah
jalannya tinggal lurus kedepan.
Jarak antara monumen
dengan markas sekitar kurang lebih 5 Km. Memerlukan waktu sekitar 7
menit kami untuk sampai di Markas Jendral Sudirman. Setelah sampai
disana, kami langsung masuk ke markas tersebut. Markas tersebut
merupakan bangunan yang berbentuk rumah sederhana yang dulunya merupakan
markas Jendral Sudirman dan para prajuritnya, kurang lebih seperti itu.
Disana
ada beberapa informasi berupa Peta Gerilya Jendral Sudirman, penjelasan
sejarahnya, foto-foto, dan lain-lain yang tercetak pada kertas yang
dilaminating dan ditempelkan pada kayu penyimpannya. Ada juga seorang
kakek yang menjaga markas tersebut, atau bisa dibilang beliau merupakan
Juru Kunci Markas tersebut.
Setelah beberapa menit kami
melihat-lihat dan berkeliling di tempat itu, tiba-tiba terdengar suara
Adzan Dhuhur yang menandakan waktu sholat Dhuhur telah tiba. Disamping
agak kebelakang markas tersebut ada Mushola nya, jadi kami memutuskan
untuk sholat Dhuhur terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan.
Sholat
Dhuhur sudah, selanjutnya kami beristirahat sebentar masih di dekat
Markas Jendral Sudirman. Menikmati pemandangan yang indah berupa berupa
pegunungan berjajaran yang menatap kami. Warna hijau yang dominan dari
pepohonan, membuat mata menjadi lebih segar kembali saat memandangnya.
Oh sungguh, inilah karya Tuhan Yang Maha Indah yang diberikan kepada
manusia untuk menjaga dan melestarikan keberadaannya.
"Suf!!!".
Tiba-tiba aku terkaget ketika temanku memanggil sambil menggeplak
bahuku. "Ayo lanjut, malah ngempleng", ajak temanku. "Oke", aku
menjawabnya. Lalu kami kembali melanjutkan perjalanan ke Monumen Jendral
Sudirman setelah tadi beristirahat sejenak. Hawa dingin di daerah ini
terasa menyelimuti kulit, walau agak panas cuacanya, tapi terasa dingin
di tubuh.
Kurang lebih 7 menit kami sampai di tujuan.
Kami langsung memarkirkan sepeda motor lalu masuk. Begitu baru masuk
sedikit melewati sebuah gerbang/pintu, kami memandang tanah lapang yang
luas dengan dikelilingi bangunan disampingnya yang berjajaran membentuk
persegi panjang. Rumput hijau di dalamnya dan ada tiang bendera besar
dan tinggi yang berdiri gagah.
Lalu kami menuju ke
patung Jendral Sudirman dengan melewati tangga dengan jumlah anak tangga
setiap jalurnya yaitu 45, 8, dan 17. Jumlah tersebut merupakan cerminan
dari tanggal, bulan, dan Tahun kemerdekaan Republik Indonesia yaitu
17-8-1945.
Setelah sampai diatas, wah, kami terkagum
akan patung raksasa Jendral Sudirman yang berdiri gagah yang
disekelilingnya merupakan lantai yang terbuat dari batu paving yang
berbentuk persegi panjang tertata rapi, yang semuanya membentuk persegi
yang luas, dan tepat di tengahnya adalah patung Jendral Sudirman.
Kami
berfoto-foto dan beristirahat sejenak di bawah patung Jendral Sudirman,
sembari minum-minuman dingin, hawa sejuk
campur panas ditemani minuman dan bangunan yang indah nan luas, sungguh
luar biasa.
Setelah istirahat dan puas berfoto-foto,
kami melanjutkan perjalanan menuruni tangga dan melewati tanah lapang
dengan rumput hijau yang luas itu kembali. Di depan tiang bendera lurus
ke depan ada sebuah jalan yang merupakan jalan untuk dilewati. Tepat di
dinding-dinding samping yang mengapit jalan itu ada gambaran dan
keterangan pada masa Jendral Sudirman dahulu. Saat melihatnya, terasa
seperti masuk merasakan keadaan zaman dahulu yang begitu sederhana.
Dan
akhirnya setelah puas berkeliling di monumen tersebut, kami melanjutkan
untuk pulang. Kami keluar dari monumen itu melewati gerbang dan menuju
ke tempat parkir motor kami.
"Cesesesese jreng bleber
bleber bleber", suara motor kami yang berisik mengawali perjalanan
pulang kami. Sebelum jalan, semuanya berdoa dahulu agar diberi
keselamatan oleh Allah SWT untuk kembali ke rumah dengan selamat.
Untuk
arah jalan pulangnya, kami mengambil jalan yang berbeda, dan ini lebih
jauh lagi. Tetapi jalannya lebih bagus dan enak dilewati, sehingga lebih
nyaman. Kami memilih rute jalan pulang dari Pakis Baru ➡ Tokawi ➡
Karang Tengah dan sampai di Tirtomoyo.
Waktu itu kami
sempet nyasar dan nyasarnya memang cukup jauh. Kira-kira sampai kurang
lebih 5 Km, benar-benar menjengkelkan. Itu karena kelalaian salah satu
teman kami, katanya tahu jalannya, tapi malah nyasar. Kami tahu kalau
nyasar karena kami bersalah simpangan dengan truk sejahtera yang ber
plat AD, jadi sempet curiga karena di Pacitan ber plat AE. "Hoe kae mau
trek sejahtera cah, plat e AD. Mesti kae mau trek tirtomoyo. Keblak,
salah arah awaedewe", ucap salah satu temanku. "Oloh iyoi, mandek sek
mandek sek", ucapku. Lalu kami berhenti di pinggir jalan dahulu, mikir
dan ngobrol sejenak. Dan untungnya pas kami masih dipinggir jalan, ada
seorang ibu yang berjalan habis dari sawah. Kami bertanya kepada beliau.
Beliau mengatakan bahwa kami terlalu kelebihan arah jalan. Harusnya
dari Nawangan, pas ada pertigaan antara Pacitan dengan Tokawi, kami
harus belok kanan mengambil jalan Tokawi, tapi malah kesasar ambil jalan
kiri.
"Halah-lah pie koe ke jare ngerti dalane tapi
malah mblusukke koncomu", ucapku. "La lali lho bro", ucap salah satu
temanku. "Wes mumet goro-goro ora nganggo helm, ditambahi mumet nyasar,
deh. Getun aku mau ora nganggo helm", ucapku. "Kapok salahe dikon nggo
helm wegah", ucap salah satu temanku yang memakai helm. "Iyoi do, aku yo
mumet", ucap salah satu temanku lagi.
5 orang pusing
semua gara-gara tidak memakai helm, hanya satu yang memakainya. Setelah
itu, kami kembali lagi ke jalan arah Tokawi, lalu memasuki Karang
Tengah. Hampir kami beberapa kali bertanya jalannya mana pada warga
sekitar dan untung respon mereka bagus.
Dan akhirnya
setelah bertanya-tanya dan melakukan perjalanan panjang, kami sampai di
Tirtomoyo dan sampai juga di rumah kami di Taman. Kami sampai juga
dirumah pada pukul 15.30 sore. Jadi perjalanan pulang memakan 2,5 jam,
dimulai berangkat dari jam 1 siang. Dan kami pun terkapar kelelahan.
0 komentar:
Post a Comment