Pengalaman Interview PT Astra Honda Motor

Ini kelanjutan dari cerita yang pertama ya, yaitu Pengalaman Psikotest Tertulis PT Astra Honda Motor.

Langsung saja saya sambung ceritanya. 

Setelah saya tau bahwa saya lolos menuju tahap interview, saya langsung menyiapkan dokumen-dokumen yang akan dibawa untuk menghadapi tahap tersebut.

          Sumber gambar: www.alleywatch.com

Jadi waktu itu saya punya waktu 1 hari, yaitu hari jumat untuk mempersiapkan semuanya.

Mulai dari menyiapkan dokumen yang harus dibawa, seperti raport, surat lamaran kerja, foto, CV, dan lain-lain.

Hal lain yang juga saya persiapkan adalah pertanyaan.

Yap pertanyaan. Saya memikirkan kira-kira apa yang akan ditanyakan oleh pewawancara kepada saya. Jadi saya akhirnya juga buka di internet mengenai pertanyaan apa yang sering ditanyakan saat interview.

Ya sekedar pengen tau aja. Biar tau bagaimana saat interview itu, dan juga agar menjadi lebih tenang saat menghadapinya. Dan juga beberapa persiapan lain yang saya lakukan, yang tidak dapat saya sebutkan semuanya.

Semuanya sudah beres dan siap, dan akhirnya hari sabtu, 11 Maret 2017 telah tiba. Saya sudah siap menghadapi tahap tes interview.

Waktu itu saya dan teman-teman berangkat pukul setengah 2 siang, menggunakan 1 Bis mini, dan juga didampingi oleh satu guru saya. Kami langsung berangkat wesss wesss wesss, dengan top speed 400 km/jam (bercanda eheheh), karena tes akan dimulai pukul 3 sore, jadi harus berangkat lebih cepat . Dan kami sampai disana pukul setengah 3. Sehingga masih ada waktu untuk mempersiapkan hal lain yang sekiranya masih kurang. 

Setelah sampai, kami langsung masuk ke gedung biasanya. Pada tes ini, tempatnya bukan di Aula seperti pada saat tes tahap pertama, tapi berada di sebuah kelas.

Kami bersama peserta lainnya beristirahat dahulu sambil menunggu panggilan interview di ruang sebelah ruang interview.

Dari proses menunggu itu, saya merasakan ndredek gimana gitu dalam diri saya. Agak takut lah istilahnya. Bayangan menakutkan menghantui saya. Saya langsung mengalihkan perasaan ndredek itu dengan mengobrol dengan teman saya, ya akhirnya perasaan itu lumayan berkurang.

Satu per satu teman saya mendapat panggilan. Dan akhirnya sudah lumayan banyak sekali teman saya yang sudah dipanggil dan selesai interview. Tinggal saya dan beberapa teman saya yang belum.

Sebelumnya saya sudah diberi tahu oleh pewawancara saya bahwa giliran saya habis teman saya yang ini gitu. Akhirnya teman saya pun mendapat giliran. Dan saya langsung keluar dari kelas dengan menunggu di kursi yang ada di luar kelas.

Tapi oh tapi, ndredeknya kok malah balik lagi dan semakin besar. Jantung saya berdetak lebih kencang, kayak mau copot.

Setelah berselang sekitar 10 menit, akhirnya teman saya pun sudah keluar dan saatnya giliran saya. Wah ndredeknya semakin njadi.

Saya berdoa supaya diberi kemudahan dan kelancaran, dan bilang pada diri saya sendiri, "Aku pasti bisa," (lebay wkwkwk), dengan menghela nafas panjang dan mengeluarkannya. Saya berdiri sambil membawa dokumen/berkas saya dan mulai berjalan.

Saya sampai di depan pintu dan mengketuk "tok tok tok, Assalamualaikum." Entah dijawab atau tidak, saya langsung menuju ke seorang ibu yang menginterview saya. Karena tahap interview dilaksanakan hanya pada 1 ruangan saja, jadi di ruangan tersebut ada 5 orang yang menginterview (saya juga kurang tau apakah semua orang itu Psikolog atau HRD, eheheh). Sehingga ada 5 peserta yang diinterview dalam ruangan tersebut secara berbarengan.

Setelah saya sampai di samping depan ibu tersebut, saya langsung berjabat tangan dengan ibu yang mewawancarai saya sambil melontarkan senyuman saya, seraya mengucapkan kalimat, 

"Selamat sore, bu."
"Selamat sore juga, silahkan duduk" balasnya.

Saya langsung duduk dengan posisi badan tegap dan dengan wajah yang ramah (Nggak cengar-cengir lho ya, wkwkwk).

"Boleh minta berkasnya?"
"Ini, bu."

Saya menyerahkan berkas saya yang saya wadahi pada stofmap. Beliau melihat sebentar dan memulai obrolan.

"Perkenalkan diri kamu."
"Nama saya..."

Dan saya pun mulai melakukan obrolan dengan beliau. 

Di sesi itu, ibu tersebut secara keseluruhan menanyakan seputar kehidupan sehari-hari saya.

Pertanyaannya antara lain bagaimana cara mengisi waktu luang saya, hobi saya, organisasi apa yang diikuti, kelebihan saya, kekurangan saya, bahkan tanya seputar pacar saya (wkwkwk), dan masih banyak lagi pertanyaan yang sudah saya lupa. Jadi pertanyaan yang saya pelajari dari internet ternyata tidak ada yang sama dengan pertanyaan ini, aduh haha.

Di pertengahan beliau bertanya,

"Apakah kamu bisa push up?"
"Bisa, bu."
"Berapa kali?"
"20 kali, bu."
"Yasudah sekarang push up dulu!"

Saya kira waktu itu cuma pertanyaan, eh ternyata disuruh praktekkin beneran. Saya langsung berdiri dari duduk saya, mengambil posisi push up di lantai, dan mulai push up.

"1, 2, 3,..."
"Pelan-pelan saja, nggak usah terburu-buru!"

Eh tiba-tiba ingatan saya pada push up malah buyar dapat berapa waktu itu setelah ibunya memperingatkan. Yasudah saya tambah aja jadi lebih banyak, daripada kurang. Mungkin jadi 30 kali lebih, padahal suruhnya cuma 20 kali, wkwkwk. 

"Sudah, bu."
"Yasudah, berdiri dan duduk lagi."

Saya pun berdiri dan duduk lagi. Setelah itu kami melanjutkan obrolan lagi.

Setelah beberapa menit, akhirnya beliau mengakhiri interview ini.

"Yasudah mungkin cukup itu saja ya tanya-tanyanya, sekarang kamu boleh meninggalkan ruangan."
"Oh iya, bu. Terimakasih, bu."
"Iya sama-sama."

Saya pun berjabat tangan sambil melontarkan senyuman mempesona saya (lebay, wkwkwk), dan berdiri lalu berjalan meninggalkan ruangan tersebut.

Setelah sampai di luar ruangan, Alhamdulillah batin saya plooong. Selanjutnya saya beserta teman saya menunggu beberapa teman saya yang lain yang belum selesai.

Setelah beberapa menit akhirnya semua sudah berkumpul bersama guru saya, total 22 orang (dari sekolah saya) termasuk saya sudah selesai dan siap untuk melanjutkan perjalanan pulang. 

Kami naik Bis dan pulang. Di Bis kami pun saling berbagi pengalaman saat menghadapi Interview. Bisa dibilang semuanya tertawa saat itu, karena memang ada yang bersifat konyol dan lucu. Yah Alhamdulillah, suasana menjadi hidup dan tidak tegang.

Kami pun sampai di sekolah hampir waktu sholat maghrib. Berkumpul sebentar dan berdoa agar semuanya bisa lolos. Setelah itu semuanya pulang ke rumah masing-masing.

Beberapa hari kemudian
Hampir sebulan akhirnya hasil dari tes interview pun sudah keluar, tepatnya pada tanggal 6 April 2017. Hampir sama pada saat psikotest tertulis. Saya tahu hasilnya dari teman yang sama. Ketika dia buat PM di BBM, "Bismillah, mcu lolos." Kurang lebih seperti itu.

Setelah melihat pm tersebut, wah jantung saya berdetak gak karuan. Batin saya pasti sudah keluar hasilnya. Trus saya bertanya sama teman saya apakah hasilnya sudah keluar, dia bilang sudah. Tanpa meminta pun dia langsung mengirimi gambar hasil tes interview. Gambarnya masuk di hp saya dan sedang melakukan proses download. 

Saya tak henti-hentinya berdoa pada saat itu, sambil menunggu gambarnya selesai terdownload.

Akhirnya gambarnya sudah terdownload. Bismillah saya buka pelan-pelan. Saya cari nama awalan Muhammad. Karena gak terlalu jelas, saya perbesar gambarnya.

Dan apa yang terjadi? Alhamdulillah, nama saya terdaftar di gambar tersebut. Masyaallah, saya senang dan bahagianya bukan main. 

Setelah mengetahui hasilnya, saya beritahukan pada Bapak Ibu saya. Mereka sangat senang sekali. 

Alhamdulillah saya diberi kelolosan oleh Allah di tes interview ini, dan melanjutkan ke tes tahap terakhir yang dilaksanakan pada tanggal 20-22 April 2017. Yap, tes Medical Check Up (MCU). Dan hasil akhir dari sekolah saya hanya tersisa 8 orang (termasuk saya) yang lolos ke tes MCU, jadi yang 14 orang dinyatakan tidak lolos.


3 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Gmana Lanjutannya,besok saya mau interviuw do'ain ya moga lancar dan keterima "AMIIIN YA ROBAL ALAMIIN"

    ReplyDelete